Friday, October 21, 2011

Buat Sebagian orang barang rongsokan selalu dihindari dan dibuang jauh-jauh dari sekitar kita. Akan tetapi ternyata barang rongsok atau barang bekas justru menjadi sumber penghasilan yang bisa menghidupi keluarganya. Setidaknya itulah yang dialami oleh Bapak Abas, lelaki beranak satu kelahiran Sampang Madura. Pak Abas memang menggantungkan kehidupannya pada barang-barang rongsok elektronika, besi tua, bekas peralatan kantor bahkan sisa bongkaran gedung. Setiap harinya dia melakukan bisnis membeli barang-barang rongsok tersebut dari beberapa instansi dan milik perorangan. Dengan usaha di bawah bendera UD Barokah Pak Abas mengendalikan bisnis barang rongsokan dari kantornya di kawasan Prayan Wetan, Jl Gejayan Yogyakarta. Meski demikian wilayah kerjanya tidak hanya di Yogyakarta tetapi hampir meliputi seluruh pulau Jawa.

Perjalanan Pak Abas dengan barang rongsokan diawali semenjak ia lulus SMA pada tahun 1997. Lingkungan keluarga dan tetangganya di Desa Omben, Sampang, Madura banyak yang menekuni bisnis rongsok dan besi tua sedikit banyak mempengaruhi jalan hidupnya. Sejak lulus SMA ia sudah memulai hidup menjadi pengumpul barang rongsok dengan beberapa rekannya. Kehidupannya pun kerap berpindah-pindah kota dari Surabaya, Bali, Jakarta dan kota-kota lainnya. Kebanyakan ia bekerja mengikuti sanak familinya yang lebih dulu bisnis barang rongsok. Nampaknya kehidupannya menjadi pengumpul barang rongsok tidak mengalami perubahan secara signifikan.
Dimanapun kreativitas selalu menjadi kunci untuk mendatangkan peluang usaha dan keuntungan ekonomis. Di tangan-tangan terampil dan ide kreatif 5 pemuda asal Bandung terbukti onderdil bekas disulap menjadi aneka miniatur motor yang bernilai seni dan ekonomis tinggi. Tidak ada yang menyangka sebelumnya barang-barang bekas yang teronggok itu bisa menghasilkan uang yang cukup lumayan. Itulah bukti kreativitas 5 pemuda Gang Ranim, Kelurahan Hegarmanah, Kecamatan Cidadap Kota Bandung ini, barang yang dianggap sampah tersebut disulap menjadi miniatur motor yang memiliki nilai seni dan jual yang cukup tinggi.

Di bengkelnya yang berukuran 3 x 3 meter ini, setiap harinya Rey dan keempat temannya yang lain menghabiskan waktu untuk merakit miniatur motor Harley Davidson. Maklum saja, untuk merakit 1 unit miniatur motor Harley Davidson ini, pemuda asal Gang Ranim ini membutuhkan waktu paling cepat 1 minggu.
Onderdil dan barang bekas lainnya yang menjadi bahan baku utama, mereka dapatkan dari bengkel teman-teman mereka, yang mempunyai hobby menunggang motor-motor besar lawas. Setelah dipilah dan dipilih, onderdil bekas seperti busi, dahar dirakit menjadi mesin motor.